Sabtu, 19 Maret 2022

Mencicipi Kaledo, Makanan Khas Palu di Makassar



Meski baru 4 hari keluar dari rawat inap, kondisi kesehatan Suami sudah lebih baik, seperti sedia kala katanya. 2 hari pertama dia masih makan bubur tiap kali makan, 2 hari terakhir sudah bisa makan nasi, bahkan semalam Suami sudah makan pallubasa. Nah hari ini nafsu makannya sudah bagus. Dan dia kepengen sekali makan daging LAGI. Saya sebenarnya agak khawatir ya mengijinkan dia makan daging hari ini, karena kemarin dia sudah makan pallubasa 2x, yaitu untuk makan siang dan makan malam.

Saya takut pencernaannya ‘overworked’. Tapi Suami meyakinkan kalau pencernaannya tidak sakit. Bisa dibilang sedikit merajuk, tidak mau makan unless itu daging. Jadilah kami berangkat ke Pallubasa Serigala yang nikmat itu. Begitu sampai di jalan Serigala, kendaraan menumpuk dan kelihatannya tidak ada space untuk parkir. Mana hujan deras lagi. Yasudah kami tidak jadi mampir ke Pallubasa Serigala.

Karena sudah kepalang pengen makan daging, saya coba googling tempat makan lain sebelum Suami tiba-tiba punya ide untuk makan ✨Kaledo. Wah itu kan makanan yang terhitung mewwwah (tripel w) dan porsi besar. Hmm dipikir-pikir sudah masuk jam siang, jadi makan Kaledo bisa lah dihitung merapel sarapan dan makan siang (tadi pagi kami cuma sarapan brownies dan air putih). Ditambah lagi alasan saya belum pernah makan Kaledo, makanan khas Palu tersebut. Beberapa menit berpikir, akhirnya kami memutuskan makan Kaledo hari itu. Saya mencari kata kuncinya di google maps, dan menemukan rekomendasi tempat makan namanya restoran Kaledo; Sejak 1950 di Makassar. Lokasinya di jalan Lanto Dg Pasewang.

Jumat, 18 Maret 2022

Usia 30; Berjalan Jauh Tumbuh Bersama

Seringkali atau bahkan selalu, saya merasa takjub dengan Suami. Padahal bisa dibilang, semua yang dia lakukan semestinya hanya hal biasa. Memperlakukan orang lain dengan baik, menemani bercerita, mendengarkan dan tidak langsung menghakimi, sampai melakukan pekerjaan domestik pun, itu, kan, hal biasa yang seharusnya kita lakukan dan dapatkan sembari hidup berdampingan dengan orang lain. Namun rasanya beruntung sekali saya bisa menemukannya dari Suami.

Selasa, 08 Maret 2022

Hari Perempuan Sedunia dan Dukungan untuk Korban Kekerasan Seksual


 

10 hari yang lalu, Seruan Perempuan Anging Mammiri dan LBH Makassar merilis Buku Saku Panduan Mendukung Korban Kekerasan Seksual. Kalian bisa mengunduhnya di kalimat judul yang juga tautan barusan.

Kekerasan dapat terjadi kapan saja, di mana saja, dan oleh siapa saja. Termasuk keluarga dan teman kita sendiri. Dalam hal ini, perempuan dan anak menjadi kelompok yang paling rentan. Bukan berarti laki-laki tidak ada yang mengalaminya. Namun, dalam sejarah yang panjang, perempuan sedari lahir ke dunia sudah dibebani status ‘kelas kedua’, dari lingkungan keluarga, keluar ke lingkungan masyarakat.

Karena bisa saja terjadi di lingkungan kita, sehingga kita perlu membekali diri. Ketika kekerasan terjadi, sering kali kita bingung bagaimana cara menghadapinya.