Sabtu, 28 Desember 2019

5 Desember (7)



Awal tahun 2019 ini aku mulai disibukkan dengan revisi skripsi. Astaga akhirnya saat seperti itu tiba juga. Aku mengumpulkan uang untuk membeli sebuah printer yang bisa untuk scan dan fotokopi juga. Demi mendukung perskripsianku. Tapi baru beberapa bulan dipakai, printer itu tidak kupakai lagi, cartridge bermasalah dan aku malas untuk memperbaikinya.


Minggu terakhir Januari, aku akhirnya seminar proposal, yang mana hal itu sebenarnya bisa kulaksanakan bulan September 2018. Tapi ada kendala, dan seperti biasa, saya malas untuk menyegerakannya. Aku keluar dari ruangan seminar proposal yang meski ingin kurahasiakan namun beberapa teman kelasku hadir di sana. Masih di hari yang sama itu aku menuju kafetaria, masih mengenakan setelan hitam putih, menemui seorang kamerad membahas project kami. Ya! Aku sangat excited. Salah satu cita-citaku –memiliki toko buku, bakal terlaksana. Meski masih berupa toko buku daring, aku berharap ia akan berkembang dan bermanfaat. Kunamakan ia Distraksi Book. Nama yang kami sepakati setelah lusinan opsi nama. Aku menghubungi penerbit-penerbit indie, major ataupun kecil. Juga toko buku-toko buku di Makassar. Astaga! Tahun ini bakalan seru saja.

Di bulan Februari aku sudah menjalani lebih dari 50% ujian komprehensif, kalau aku cukup serius, mungkin aku bisa wisuda di bulan April, bisa juga tidak, aku tidak sepenuhnya yakin. Aku tidak terlalu terburu-buru untuk hal itu.

Cukup kusayangkan beberapa bulan setelah pulang dari Toraja Utara, Bersenangbenang belum sibuk, ya mungkin bukan saatnya saja. Aku bisa lebih fokus ke toko buku daringku itu.

April, Mei, Juni, aku cukup sibuk dengan bacaan dan jualan buku, meski begitu bukan berarti aku tidak memikirkan tugas akhirku. Aku selalu merasa kurang percaya diri dengan penelitianku ini, aku merasa mengerjakannya sendirian. Paling tidak ada sedikit titik terang di penghujung bulan Juli. Ya aku akhirnya ujian tutup di bulan Agustus, dengan perasaan campur aduk. Hasil penelitian yang sudah kunikmati sebagai ‘personal property’ ini membuatku sensitif dengan semua pendapat pembimbing dan penguji. Karena itu aku merasa hanya aku seorang yang mengerti itu. Koreksi yang kuterima ada yang membantu, terutama soal teknis. Tapi ya ampun, dosen-dosenku hanya membuatku bingung dengan petunjuk yang saling bertolakbelakang. Aku rasa aku tidak sepenuhnya mendapatkan apa yang betul-betul kubutuhkan. Atau, apakah diriku saja yang belum bisa belajar dari itu semua?

Salah satu yang menarik di tahun ini adalah: AKHIRNYAAA AKU BERTEMU RARA SEKAR DAN BEN LAKSANA. Aku tidak menyangka huhu. Sayang saat mengikuti workshop itu aku tidak mempersiapkan banyak hal, seperti menyusun pertanyaan-pertanyaan untuk kusampaikan langsung kepada Rara Sekar. Gitu deh, aku mendaftar workshop content creator itu tanpa mengharapkan apa-apa dan tidak ada persiapan berarti.

3 hari setelah workshop aku akhirnya wisuda. Tepat di tanggal lahirku! Di hari usiaku menjadi 2 3.

Aku tahu banyak sekali yang harus kuevaluasi dari diriku. Ini agak susah. Ketika jengah dari usaha kita untuk menemukan bentuk itu, aku tidak mau berakhir menjadi orang lain.

Sebuah cafe DILIKE dekat bundaran Samata yang tidak ada lemon tea dalam menunya,
19.52 pm