Setelah membaca Menua dengan Gembira, aku pun penasaran dengan buku-buku lain yang ditulis Andina Dwifatma. Jadi aku memutuskan memesan buku "Semusim dan Semusim Lagi" yang lumayan sering aku lihat di postingan orang di Instagram.
Tiba-tiba di sabtu malam kemarin aku ke mal bersama Suami dan Zen. Mereka bermain di playground sementara aku melipir ke Gramedia, dan secara kebetulan bertemu buku Andina Dwifatma yang berjudul "Lebih Senyap dari Bisikan" dengan sisa stok 1 eksemplar. Sebenarnya aku sudah berusaha menahan diri. Aku berharap menyelesaikan buku yang sudah dibeli duluan dan belum dibaca sebelum kembali membeli buku baru. Tapi itulah yang terjadi. Aku pulang membawa Lebih Senyap Dari Bisikan. Sampai di rumah, segel plastik buku kulepas dan mulai bersender membaca cerita rumah tangga Amara dan Baron.
Menjadi istri dan Ibu tidak pernah mudah
Buku Lebih Senyap dari Bisikan adalah novel yang bercerita tentang kehidupan pasangan, yang dimulai dari bangku kuliah. Sebenarnya kisah pacaran mereka hanya secuil, tapi menurutku ini lumayan penting untuk memberikan pembaca gambaran karakter Amara dan Baron dalam hubungan mereka.
Ada beberapa 'hint' yang bisa kita simpulkan dari hubungan mereka sebelum masuk ke pernikahan.
Usia pernikahan Amara dan Baron telah berusia 8 tahun sketika akhirnya Amara positif hamil. 8 tahun bukan waktu yang sebentar bagi pasutri yang mendambakan kelahiran buah hati. Tahun-tahun awal, biasanya masih fine bahkan masuk dalam rencana rumah tangga. Menunda anak, biar puas berduaan. Tapi tahun-tahun berikutnya telinga mulai panas dengan komentar dan pertanyaan kerabat maupun orang tak dikenal. "Kok belum isi?". Pengalamanku dulu gitu sih. KB 1 tahun aja, orang-orang nanya mulu. kok belum hamil sii. Mental yang tadinya dijaga, mulai resah juga. Rencananya kalau ada yang nanya lagi, aku mau bales "nanti anaknya dah lahir mau bantu urusin ga?, keburu hamil Alhamdulillahnya.
"Sungguh sebuah proses yang berantakan dan menyakitkan." Hal- 52
Ternyata, melahirkan itu bukan hanya sakit. Tapi sakiit banget. Sakit yang belum pernah kamu rasakan sebelumnya. Meskipun sudah mempersiapkan diri selama kehamilan, proses melahirkan tetap memberimu "kejutan" besar.
Kamu pernah mendengar orang mengatakan bahwa melahirkan bukan hanya menghadirkan manusia kecil, tapi juga melahirkan sepasang orang tua.
Begitu juga yang dialami Amira dan Baron yang kedatangan bayi kecilnya, Yuki. Memberi rasa bahagia luar biasa, namun di saat yang bersamaan memberi perasaan rentan.
Ada beberapa permasalahan orangtua yang mereka hadapi: mengurus bayi, kehidupan rumah tangga yang bermasalah karena komunikasi yang buruk, masalah finansial yang tiba-tiba dan bertubi-tubi, dan tentu saja, masalah mental yang akhirnya mendera.
Aku gak bisa memutuskan novel ini berakhir bahagia atau tidak. Tapi Amira cukup beruntung karena punya back up. Sebuah privilege, yang mungkin sesama perempuan di posisi yang sama tidak miliki.
Novel ini berhasil kuselesaikan dalam 1 minggu. Sangat cepat mengingat sibuknya aku di kehamilan trimester 2 ini. Penulisannya mengalir begitu saja, sangat jujur menyampaikan sudut pandang seorang ibu baru yang rapuh, menggambarkan isu sosial yang berkaitan dengan wanita yang sudah menikah dan berkeluarga dalam masyarakat



