Sabtu, 13 Januari 2018

Belajar Merajut




Memasuki bulan Februari tahun 2017 lalu (yas, 11 bulan yang lalu) finally I’ve got a new berfaedah hobby─merajut. Tapi lebih tepat disebut mengait sih, alias crocheting. I didn’t know, why all in this earth I suddenly up to learn crochetting.

Saat  itu, karena tidak tahu belajar dari mana dan mulai dari mana, jadi kupikir lebih baik untuk masuk komunitas atau perkumpulan tertentu untuk belajar merajut dasar. Sebutlah pengetahuanku nol, yang kutahu hanya saya sangat ingin belajar merajut. Setelah bertanya kiri kanan, temanku menyarankan satu komunitas rajut di Makassar, tapi sayang persyaratannya adalah sudah bisa merajut, paling tidak merajut dasar, I’ve told you, saya belum tahu merajut sama sekali.

Karena sudah niat sekali, saya memutuskan untuk belajar otodidak. Nonton beberapa video crochet tutorial ‘for dummies’ di Youtube (ternyata ada banyak sekali!) dan googling apa saja yang perlu disiapkan untuk pemula seperti saya ini.
Ada berbagai peralatan rajut, tapi yang paling penting untuk saya miliki adalah: benang rajut dan hakpen! Selebihnya nanti saja mengikuti kebutuhan. Intinya saya harus mulai belajar mengait dulu.

Karena memang masih awam, beli alat dan bahan saja saya tidak tahu harus ke mana. Tempat yang pertama kutuju adalah.. Toko Harapan yang ada di pasar sentral. Kupikir beginian pasti adanya di toko jahit. Ternyata tidak semua sih haha. Soalnya setelah dari toko Harapan saya masih mau beli benang tapi malas antri (tahulah bagaimana antrian kasirnya di Harapan) jadi saya singgah ke beberapa toko jahit di sentral dan hasilnya nihil.


Saat masih di dalam toko Harapan, saya tidak sulit menemukan benang rajut. Tapi benang rajut yang tersedia hanya dua jenis, katun dan polister 100 gr. Setelah mengambil benang warna merah dan kuning, saya masih bingung gimana beli hakpennya. Kebetulan, pas saya masih berdiri-berdiri gaje, ada dua mbak-mbak yang ngobrol dan sebut-sebut hakpen, like the answer fall from the sky, saya pun mengekor di belakang mereka.

Tapi bingung juga sih pas ditanya mba tokonya saya mau ukuran berapa. Huuk, ternyata pakai ukuran segala. Hehe waktu itu saya belum tahu kalau di kemasan benang sudah ada keterangan ukuran hakpen/breien untuk benang tersebut.



Benang-benang pertama

Karena masih bingung, saya beli saja semua ukuran. Untung sih jarum hakpen yang besi-besi itu murah.
Well, benang dan hakpen sudah punya, saatnya eksekusi. Duh kalau kuingat lagi saat itu, rasanya mendebarkan sekali, haha.

Kucoba ingat-ingat adegan di video Youtube, bikin chain dulu, tapi belum bisa, ini tangan kayak dijerat tentakel cumi-cumi. Tapi masih sabar. Akhirnya saya sambil streaming video, dan masih kaku :’) jadi saya mencoba meyakinkan diri sendiri, ah, semua yang baru belajar merajut pasti pernah mengalaminya. Kalau katanya kak Unga di acara Makassar Biennale kemarin, jangan membandingan permulaan kita dengan pertengahan orang lain. Well, bagi kalian yang baru mulai belajar, latihan terus, sampai tangan terbiasa memegang hook dan benang.  Cari terus nyamannya bagaimana.


Yaampun kaku banget


Salah satu yang memotivasi saya kala itu adalah orang-orang sekitar. Pertama kali pegang hakpen sudah dikasih tau, ngapain sih merajut, susah lah, buang-buang waktu. Memang sih awalnya sampai pusing mengait, tapi pas sudah bisa, Subhanallah, menyenangkan sekali. Sampai saya habiskan waktu liburan semester lima kemarin dengan crochet. Saya berhasil membuat 2 tas rajut sebelum hari pertama masuk kuliah! Senangnya.




Karena masih girang sudah buat tas, saya kira-kira sudah kecanduan benang, ke mana-mana bawa gulungan benang dan hakpen. Sampai ditegur Kak B, jangan sampai gara-gara benang saya tidak punya waktu untuk membaca. Tapi setelahnya saya dibelikan benang juga, biasanya dibawakan buku. Haha.

A post shared by Ekha Nuh (@ekhanurulh) on


                              
Selain untuk diri sendiri, saya sampai open order segala untuk orang-orang di sekitar saya. Padahal saya lakukan di sela-sela waktu kuliah dan kerja. Hm. Tapi, sampai sekarang saya berusaha tidak membebani diri, tetap merasa senang merajut. Dan saya rasa saya mesti membagi perasaan senang itu dengan orang lain. Yuk, bersenang-benang! 


Rumah, 13 Januari 2018, lagi-lagi dengan susu vanilla favorit.