Kamis, 30 Desember 2021

Akhirnya Berangkat ke Palu; Kapan Bisa ke Sini Lagi?

Pantai Tanjung Karang di Donggala


Tulisan saya lanjut di entri berbeda karena sumpah ngos-ngosan banget ngetiknya. Kasih jeda biar ga cape.

Minggu, 26 Desember 2021

Saya dan Suami bangun pagi tapi bukan yang pagi banget gitu, masih ngusel-ngusel di kasur.. dan papa mertua udah siapin sarapan. Guyyss ini hari pertamaku nginap di rumah Suami tapi kek malu-maluin ga sih bangun kesiangan? Sehabis makan dan mandi, kami serumah bersiap-siap untuk keluar. Pertama untuk nyekar di makam almarhumah mama mertua dan almarhum kakak Suami. Lokasinya di Biromaru. Akhirnya saya menginjakkan kaki ke tempat Suami tinggal dan dibesarkan sejak kelas 4 SD, sebelum akhirnya Suami kuliah dan merantau di Makassar sampai kami nikah.


makan ayam panggang bumbu di Biromaru


Setelah ziarah makam, kami singgah ke ayam panggang Biromaru. Ayam kampung yang dipanggang dengan bumbu, dan disantap bersama burasa dan sop. Rasanya tentu saja enak. Di depan rumah makan, saya membeli sandal swallow warna ungu. Soalnya sudah sejak Jumat riweh di Bandara sampai hari Minggu ini, saya memakai sepatu baru yang ternyata bikin area tumit lecet.



Perjalanan kami lanjutkan ke Pantai Tanjung Karang Donggala. Lokasinya jauh bagi saya yang baru pertama ke sini. Mungkin kalau dah terbiasa termasuk standar kali ya? Ada mungkin 2-3 jam perjalanan mobil ke sana. Kadang saya tertidur, tapi lebih sering saya terjaga, sayang sekali untuk melewatkan pemandangan indah pantai yang kami lewati. Papa mertua dan Adik Ipar sesekali menunjukkan site yang terdampak gempa dan tsunami Palu 2018 silam. Saya sedikit menyesal tidak beli jajanan di minimarket atau warung sebelum berangkat tadi. Ibu hamil sebentar-sebentar merasa ingin makan. Lumayan kan berjam-jam perjalanan di mobil, saya nyari banget snack atau apa yang bisa dikunyah-kunyah :’)


 

Setibanya di lokasi, untunglah tidak begitu padat. Maksudnya, tetap ramai tapi ga padat pengunjung. Jam baru menunjukkan pukul 13.35, matahari masih terik-teriknya. Sebenarnya saya sudah menyiapkan baju ganti. Ya, saya mau sekali berenang di pantai di Palu. Pasti airnya lebih enak daripada pantai di Makassar atau sekitarnya yang pernah saya kunjungi. Jauh-jauh ke sini harus mandi-mandi! Oh tidak jadi, lupa bawa bra dan jilbab gantinya. Hiks
Kami menyewa bale-bale sejenis saung buat neduh, seharga Rp40,000, kami pun duduk-duduk menikmati semilir angin. Kalau kena angin sepoi-sepoi gini sih bawaannya mau rebahan. Tapi saya ga bawa blanket atau hammock, atau bantal. Saya memesan es jeruk dan pisang goreng buat dicemil.

Lumayan bosan liat orang-orang main air di depan, jadi saya mengajak Suami jalan di bibir pantai. Gatau biar apa padahal masih panas-panasnya, mana dapat romantic moment-nya :’)


bukan es putar karena bapak penjualnya pakai es krim walls

Setelah puas berjalan bergandengan menyusuri bibir pantai sambil membiarkan kecipak ujung ombak membasahi kaki telanjang kami, saya dan Suami kembali ke bale-bale. Agak sorean Papa Mertua dan Suami turun buat berenang. Iri ga sih hm hm hm


Tidak lama saya juga turun, tapi cuma pinggirnya aja, membasahi kaki. Kemudian main pasir. Sorryy agak norak, tapi susah payah sampai sini saya takut rugi ga nikmatin pantainya.



Bosan main pasir, saya sempat difoto sama Adik Ipar, hehe senangnya punya dokumentasi jalan-jalan. Saya ga terlalu suka difoto sendiri (paling cuma bisa selfie), kecuali foto bareng saya ga takut mati gaya, eh ini ditambah badan menggendut saya jadi makin malas difoto. Ga suka aja gitu liat hasil fotonya. Yeah gausah ajarin self love ya, jelas dong saya cinta diri sendiri. Tapi ga masalah juga kalau seseorang tidak mau difoto saat dia merasa tidak mau. Sebelum berlanjut menjadi perdebatan (siapa juga sih yang mau mendebat lol), saya mau bilang alam Palu itu indah sekali. Saya masih kepikiran waktu liburanku di sini berkurang gara-gara pesawat batal kemarin :')

***

Kami tiba di rumah sore. Saya dan Suami istirahat sebentar, lalu sehabis maghrib mau jalan-jalan lagi. Tapi karena gatau mau jalan-jalan ke mana malam-malam di Palu, Suami mengajak buat meet up dengan teman komunitasnya. Saya disopiri Suami untuk pertama kalinya. Rasa tegangnya? Ah mantap.
Saya dan Suami nongkrong di seberang Pura Agung Wana Kertha Jagatnatha yang bersebelahan dengan Kampus Unismuh Palu. Nah, di sepanjang jalan ini banyak sekali cafe, warkop, kedai berjejer. Pokoknya banyak sekali sampai bingung mau masuk di mana, jadi kami asal singgah saja ke cafe yang duduknya nyaman dan ga terlalu padat. Malam itu saya kenalan dengan teman Suami, ngobrol sampai kami bubaran sekitar pukul 12 malam.

Senin, 27 Desember 2021

Suami bangun lebih cepat karena menemani Papa Mertua ke Bengkel. Sedangkan saya hanya di rumah saja tidak ada rencana, jadi saya mengambil Ipad, ke ruang tengah dan melanjutkan nonton drakor Our Beloved Summer eps. 3. Sambil ngemil tentu saja.
Setelah agak siangan Suami sudah pulang dan kami pun tidur siang (penting ga sih kuberitahu~~). Agenda sebentar sore saya ikut menemani Suami reunian dengan teman-temannya. Suami sendiri sudah lama tidak ke Palu. Hampir 2 tahun gitulah.

Selepas maghrib, saya, Suami dan Adik Ipar pergi ke Bellrock Coffee Roasters. Meskipun hari Senin, cafenya tetap ramai. Suasananya cozy dengan konsep outdoor. Kalau misal hujan tiba-tiba turun, gatau deh gimana haha. Oh iya, makanannya juga enak-enak, cuma jus jeruknya aja terlampau kecut. Oh iya, karena nimbrung sama teman-teman Suami yang kadang ga ngerti mereka bahas apa dan ga bisa sering-sering join obrolan, saya paling ke makan, ajak Adik Ipar ngobrol, atau cek-cek ponsel. Tapi sayang ponselku lowbat. Dan baru saya sadari, di ponselku tidak ada foto sama sekali tanggal hari itu. Yaudasih, bisa diartikan hari itu saya benar-benar quality time.

Selasa, 28 Desember 2021

Subuh pukul 5, Suami sudah berangkat Makassar duluan, tentu ditemani Papa Mertua yang menyetir. Yaah padahal saya mau sekali ikut pulang jalur darat. Tapi karena kondisi lagi hamil dan saya sudah mau masuk kantor Selasa sore, saya naik pesawat pagi. Ga sepagi itu juga deng. Tiket pukul 11 siang, jadi saya check in kira-kira sejam sebelumnya. Beruntungnya rumah Mertua berada sangat dekat dari bandara Mutiara.

Begitu suami berangkat, saya cek lagi packingan. Kemudian tidur barang satu jam dan mandi. Saya ke bandara diantar oleh Adik Ipar. Yah sayang ga sempat jalan-jalan banyak dan hang out bareng dia :’)) Ya Alhamdulillah sudah kesampaian ke sini meski hanya 4 hari. Kalau ada kesempatan, saya mau ke sini lagi. Mau lebih lama. Saya mau mengenal lagi banyak hal yang berkaitan dengan Suami, keluarga, lingkungan Suami bertumbuh, circle pergaulannya, makanan yang sering Suami ceritakan, semuanya. Pelan-pelan. Semoga segera.



6++ months pregnancy