Minggu, 23 Oktober 2016

Les Miserables 2: Cosette





Sayangnya aku belum memiliki bagian pertama dari novel ini (Les Miserables 1: Fantine). Buku ini pun kudapatkan secara kebetulan di TB Graha Media M’Tos pertengahan Agustus.


Tapi karena sebelumnya pernah menonton filmnya, dan saking sukanya aku nonton berkali-kali, maka dengan pedenya aku baca saja buku keduanya meski belum membaca yang pertama.

Buku kedua ini yang masih bersetting negara Prancis pertengahan abad 17, melanjutkan kisah di buku pertama dimana Jean Valjean berencana menemukan seorang gadis kecil bernama Cosette yang merupakan anak dari mendiang Fantine –wanita yang sekarat di jalanan setelah kehilangan pekerjaannya.

Jadi, aku sudah punya gambaran bahwa di buku pertama ini berkisah dari keluarnya Jean Valjean dari penjara yang benar-benar telah merenggut semua kebahagiaannya. Valjean dihukum pada tahun 1796 untuk kasus pencurian. Namun keluar dari penjara bukan berarti kebabasan baginya. Ia tetaplah seorang tahanan yang hidupnya di bawah pengawasan polisi kota. Karena keinginannya untuk hidup layak, Valjean akhirnya kabur ke kota kecil M. Sur M., mengubah identitasnya dan memulai kehidupan baru yang didambanya. 

Beberapa tahun berlalu, seorang lelaki asing bernama M. Madeleine muncul di Departemen. Berkat metode baru, ia akhirnya menghidupkan kembali industri setempat. Berkat jasanya ia kemudian diangkat menjadi walikota. 

Lalu polisi setempat menemukan kebenaran bahwa M. Madeleine tidak lain adalah seorang mantan narapidana yang telah melanggar pembebasan bersyaratnya. Ya, dialah Jean Valjean. Namun sebelum kembali dijebloskan ke penjara, Jean Valjean dengan kekuatannya yang di atas rata-rata berhasil meloloskan diri (lagi), dan berencana mencari Cosette. Cosette malang yang dititipkan di keluarga Thenardier.


Cosette

Sebagian buku ini berisi kronik sejarah Prancis termasuk di dalamnya Pemberontakan Prancis tahun 1832 dan 1848. Pengalaman penulis yang terlibat langsung dalam peristiwa tersebut membuatnya mampu menceritakan sejarah dengan sudut pandang berbeda dari kebanyakan penulisan kisah sejarah.

Oh iya, kita kembali ke Cosette.

Cosette yang sejak kecilnya ditinggal ibu yang mencari nafkah, dititipkan di Montfermeil. Tepatnya di sebuah rumah sekaligus penginapan kecil yang dikelola pasangan Thenardier. Cosette sendiri mempunyai dua kegunaan bagi pasangan Thenardier, mereka memaksa sang ibu untuk mengirimkan uang dan menyuruh sang anak untuk melayani mereka. Jadi, ketika sang ibu berhenti membayar, pasangan Thenardier tetap memelihara Cosette dan menjadikannya sebagai pelayan di rumah itu.

Di suatu malam yang dingin dan sangat gelap, si kecil Cosette diperintahkan untuk mengambil air di sungai. Menembus pekatnya malam, tangan kurusnya mengangkat ember yang besarnya setengah ukuran tubuhnya.

Pada saat itu, dia tiba-tiba merasakan bahwa embernya tidak seberat sebelumnya; sebuah tangan, yang tampaknya bagaikan tangan raksasa baginya, baru saja meraih gagang ember, dan mengangkatnya dengan penuh semangat. Lelaki ini, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, meraih gagang ember yang dibawanya.

Terdapat naluri untuk semua jenis pertemuan kehidupan. Anak itu tidak merasa takut sedikit pun juga.


“..Semua kehidupannya telah berubah sejak dia bertemu dengan lelaki baik itu di hutan. Cosette, yang tidak pernah memahami arti kebahagiaan selain sesekali kebahagiaan kecil, tidak pernah tahu seperti apa rasanya berlindung di bawah bayangan dan naungan sayap seorang ibu.” –hal.192
 
“..Oleh karenanya, kehidupan tampaknya sangat menarik baginya; orang lain terlihatnya sebagai seseorang yang baik dan adil; dia tidak lagi membenci siapa pun, dia tidak melihat alasan mengapa dia tidak akan hidup hingga tua, mengingat anak ini mencintainya. Dia melihat seluruh masa depan membentang di depannya, diterangi oleh Cosette sebagai cahaya yang menawan.” –hal.220


Victor Hugo (26 Februari 1802-22 Mei 1885)

Sumber klik di sini
Victor Hugo membutuhkan waktu hampir 20 tahun untuk merancang, menulis, dan menghadirkan Les Miserables. Konon, karakter Jean Valjean diinspirasi oleh Eugene Francois Vidocq, seorang mantan kriminalis yang akhirnya banting setir menjadi penegak hukum sampai akhirnya menjadi kepala Departemen Investigasi Kepolisian Prancis. Vidocq inilah yang membantu Hugo dalam riset salah satu karyanya. Tanggal 30 Juni 1861 sekitar pukul 08.30 pagi, Hugo menyelesaikan keseluruhan naskah Les Miserables. Selepas penerbitannya tahun 1862, Les Miserables dengan cepat menjadi bacaan yang berpengaruh pada masa itu. Tidak hanya di Prancis tetapi juga meluas hingga ke negara-negara lain seiring dengan penerjemahan dan penerbitannya ke dalam berbagai bahasa.