Kamis, 14 November 2013

Mainstream of Sinetron Indonesia







Oh Sinetron
Sinetron, yang konon kependekan dari sinema elektronik, sangat marak di pertelevisian Indonesia. Sekitar tahun 90-an, sinetron menjadi tayangan favorit penonton Indonesia terutama remaja dan wanita. Puncaknya tahun 2000-an mulai bermunculan sinetron dengan skrip “kepanjangan” atau dipaksa panjang gitu deh, sebut saja beberapa judul yang sempat saya ingat (jaman2 SD dulu, kekeke).




Sebenarnya saya jarang nonton yang namanya sinetron, kurang suka malah. Jengkelnya lagi kalau sedang asyik masyuk nonton, eh datang mama, tante, atau nenek yang mengambil alih TV. Diganti lah channelnya. Apalagi kalau bukan yang menayangkan Sinetron. Apatuh yang pernah tren di TV? Diantaranya ada [sensor] Tukang Haji Naik Bubur, Putih Abu-Gosok, Cinta Fitrah season 1-6, Putri yang Ditambal, dan sederet sinetron lain yang.. hmm.. Well, fakta sebenarnyanya saya salut dengan sinetron yang ide ceritanya unik, tapi faktanya lagi, pihak produser seakan tidak rela untuk merampungkan jalan cerita dengan semestinya. Dibuatlah terus lanjutannya, dengan menambah problema-problema tokohnya, untuk meneruskan rating. Jadilah ceritanya gak karuan dan tidak jarang menyimpang dari plot awal.

Selain sinetron drama bersambung, ada juga yang play-out. Dengan konflik tidak jauh-jauh dari keluarga, cinta, dan harta, yang terakhir ini yang sepertinya menjadi menu utama sinetron play-out yang saat ini punya jatah tayang tiap hari. Seakan menekankan pernyataan “Uang tak kenal saudara”, meski sekalipun sang pelaku adalah ibunya, anaknya, atau orang terdekat lainnya. Haha, itu sih namanya gila harta, sampai rela mengorbankan orang yang mestinya dikasihi.

Some Mistakes
Bukannya saya sok mengumbar-umbar ataupun bermaksud menghina drama sinetron, tidak kok :) dibawah ini cuma ulasan ke’absurd’an scene sinetron yang MAINSTREAM, dari masa ke masa, seperti kutu loncat. (heran -_- emangnya penulis naskahnya sama, ya?)
1.       Adegan Tabrakan, the weirdest scene di sinetron. Memang tidak salah kalau di dalam ceritanya ada pemain yang diceritakan tertabrak. Tapi yang aneh disini adalah, kendaraan (biasanya mobil) jaraknya masih jauh dari korban, kalau difikir sih, si korban tidak mungkin tertabrak oleh kendaraan yang jaraknya masih jauh tersebut. Tapi bukannya menghindar, si korban malah stay di tempat sambil teriak. Menunggu keajaiban datang menolong, ya?
2.       Hamil. Tidak ada yang salah dengan kehamilan. Justru kehamilan adalah karunia dari Allah. Entah kenapa kehamilan disini dapat dijadikan senjata ataupun kelemahan. Bagi antagonis, dia menggunakan rencana hamil atau pura-pura hamil untuk mendapatkan si cowok. Saya juga sempat menonton dimana protagonist yang tengah mengandung harus menghadapi antagonis yang tidak menyukai kehamilannya dan berencana untuk menggugurkan janin tersebut. Seolah hal tersebut layak untuk menjadi tontonan sehari-hari.
3.       Si baik dan si jahat, beda sifatnya seakan langit dan bumi. See? Protagonist baiknya tiada tara, sedangkan Antagonist jahatnya melebihi batas kewajaran.. tidak kehabisan akal untuk menyusahkan orang baik demi kepentingan diri sendiri. Si Protagonist dibuat sangat sangat baik, polos, dan pemaaf. Sangat klasik. Kadang yang jadi penonton jadi emosi dan memaki-maki di depan TV *Lol
4.       Apapun demi harta. Yup, banyak sinetron yang mengangkat tema ini. Menghalalkan berbagai cara untuk memperoleh kekayaan. Keluarga pun tega dijual. Dan pelaku disini bukan orang yang pandai bersyukur dan tidak pernah puas. Tapi tenang kok, sinetron Indonesia always happy ending.
5.       Anak kecil pun jatuh cinta. Wajar kok. Tapi setidaknya bisa disesuaikan dengan kewajaran usia anak-anak. Masa kecil harusnya masa bermain, kasihan melihat mereka galau karena cinta monyet.
6.       Begitu mudahnya adu domba. Betul banget. Yang di kompori juga gak nyadar-nyadar kalau lagi di adu domba, percaya begitu saja. Bahkan, yang diluar kelogisan sekalipun. Well, mungkin begitulah jalan cerita yang dikehendaki pihak pembuat sinetron.
7.       Diracuni. Pura-pura buatin minuman dan blep, racun pun dimasukkan. Cara ini sering digunakan para antagonis untuk menyingkirkan seseorang.
8.       Adegan Pak ustad yang menurut saja tidak semestinya. Memang tidak semua, tapi saya mendapati beberapa scene yang terlalu dipaksakan. Contohnya di salah satu FTV (lupa judul) yang bertokoh seorang ustad muda yang keren, tapi ceritanya disitu sang ustad sibuk pacaran, malah scene untuk kegiatan keagamaannya jarang banget. Beberapa pernyataan pun sempat luput, seperti jarak dengan wanita yang bukan muhrimnya.
9.       Cinderella metropolitan. Klasik. Sering banget tuh, si cewek jadi bulan-bulanan tapi gak perlu khawatir karena ada sang Pangeran yang akan datang menyelamatkan.
10.   Kejar-kejaran yang NG. Gak bakal ketangkeeep.
11.   Monologue dalam hati. Sinetron Indonesia memang khas banget untuk yang satu ini. Pikiran sang tokoh disampaikan melalui sololiqui, sehingga penonton sangat mudah menebak.

12.   Ending? Yang antagonis ujung-ujungnya tobat, kalau enggak, masuk penjara, atau ditabrak, lumpuh, sampai R.I.P
Sebenarnya masih banyak daftar lainnya, tapi sudah capek ngetik.

Refleksi

 Sinetron sebenarnya gak melulu mainstream, tapi terkadang gak lepas dari konflik yang dipaksakan dan tokoh yang kontras satu sama lain. Intinya, jarang ada sinetron yang mendidik di tiap episodenya. Hmm.. well bagaimanapun kita harus jadi penonton yang cerdas, jangan di bodohi oleh sinetron.

And last but not least, Ambil baiknya dan buang buruknya, udah gitu aja.