Senin, 29 Agustus 2016

Di Penghujung Usia Belasan




Tumbuh dewasa bukan masalah sama sekali, melupakan adalah masalah.
-Pilot, The Little Prince Movie


Sejak setahun yang lalu, saat diriku akhirnya menginjak usia 19, aku mendamba untuk membuat tulisan –semacam surat. Surat yang sudah pasti sarat akan permintaan dan keinginan yang ingin kucapai di masa kepala duaku. Sebelas bulan kemudian, seperti yang kita duga, aku masih belum menulis apapun.

Oh iya, di postingan ini aku memutuskan menulis menggunakan “aku”, sok manis sekali.

Sebenarnya, usia dua-puluh tak ubahnya seseorang saat masih berusia sembilan belas, hanya digit pertamanya saja menjadi dua, bukan lagi satu. Bagaimana ceritanya terbangun di pagi hari seseorang in dramatically berubah. Berubah menjadi “orang dewasa” dalam satu malam. Definisiasi dewasa bukan soal usia. Berumur dan menjadi tua adalah pasti. Tapi bersikap dewasa adalah pilihan. Sikap yang bahkan bisa kita temukan pada anak kecil dengan kaki kecil berdempul debu, yang pagi harinya sudah harus mencari makanan di jalanan, atau pada anak-anak orang kaya yang cerdas, yang malam-malamnya di antara jejeran mainan-mainan seharga sekarung gula tidak perlu pusing memikirkan besok makan apa, tak lantas menghalanginya bersikap dewasa.
Semua-muanya butuh proses. Satu akan melewati dua untuk menjadi tiga, lebih dekat dengan empat dan selangkah lagi menjadi lima.

Kemudian, hal apa yang sudah kucapai di usia belasan? Sayangnya tidak banyak. Sayang sekali. Semoga di usia seperlima abad keinginan dan tujuanku bisa tercapai. Bukan hanya itu sih, aku berharap bisa melakukan hal-hal berguna untuk orang banyak, orang-orang yang kusayangi, dan untuk alam pemberian-Nya.

Itu aja sih.

Selamat menanti usia duapuluh!